Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.
Mengapa Saya Menulis Mengenai Aspal Buton untuk Presiden Prabowo Subianto?
3 jam lalu
Sejarah akan mencatat, apakah di masa Presiden Prabowo Subianto, Indonesia berani mengambil langkah besar: Indonesia Swasembada Aspal 2030 ini?.
***
Saya menulis tentang aspal Buton bukan karena tren, tetapi karena cinta pada negeri ini. Sejak tahun 2005, saya mengenal teknologi ekstraksi aspal Buton yang ekonomis dan ramah lingkungan dari seorang ilmuwan Amerika Serikat. Saat itulah saya mulai sadar: kita memiliki harta karun di tanah sendiri. Sayangnya, selama puluhan tahun, harta karun ini justru lebih banyak terabaikan.
Tahun 2018 saya mulai menulis serius tentang aspal Buton. Tulisan pertama saya berjudul “Aspal Buton untuk Negeri”, berisi seruan agar bangsa ini berani memakai kekayaan sendiri. Mustahil kita mampu menjadi bangsa besar jika bahan dasar jalan pun masih harus terus bergantung pada impor.
Ironisnya, Indonesia sudah lebih dari 80 tahun merdeka dan delapan kali berganti presiden, namun kita masih belum juga mampu swasembada aspal. Setiap tahun triliunan rupiah mengalir deras keluar negeri untuk membeli aspal impor. Alasannya selalu sama: harga impor dianggap lebih murah. Padahal murahnya hanya di atas kertas, tidak dalam kenyataan jangka panjang.
Pemerintah selalu berdalih bahwa impor aspal adalah solusi sementara. Mereka lupa, harga aspal impor sangat bergantung pada harga minyak bumi dunia yang trennya terus naik. Ketika harga melonjak tinggi, kita akan kembali menjerit. Sementara cadangan aspal Buton kita mencapai sekitar 650 juta ton, cukup untuk ratusan tahun.
Lebih parah lagi, teknologi ekstraksi aspal Buton kini sudah berkembang pesat. Biayanya bisa bersaing sehat dengan aspal impor jika dikelola serius. Namun setelah 45 tahun berada di zona nyaman impor aspal, kemauan politik untuk berubah nyaris nol. Inilah penyakit kronis yang harus segera diputus.
Saya menulis bukan untuk menyenangkan semua pihak. Tulisan saya adalah catatan sejarah, kritik yang mungkin pahit, tetapi manis bagi para generasi mendatang. Saya ingin anak cucu kita tahu bahwa pernah ada orang yang memperjuangkan aspal Buton dengan sungguh-sungguh, meski kebanyakan orang lebih memilih diam.
Pemerintah memang sudah membuat Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton dengan target Indonesia swasembada aspal 2030. Indah di atas kertas, tetapi kosong di lapangan. Tanpa rencana teknis yang realistis, itu hanya akan menjadi mimpi yang lewat begitu saja.
Saya sudah menghitung: waktu lima tahun terlalu singkat untuk mencapai target tersebut jika pabrik, SDM, pasar, dan kebijakan belum disiapkan sekarang. Setiap tahun menunggu adalah tahun yang hilang.
Itulah sebabnya saya membuat Petisi Aspal Buton secara daring melalui aplikasi Change.org, pesan terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto. Saya percaya hanya beliau yang memiliki keberanian politik untuk memutus mata rantai ketergantungan ini dan menghadapi mafia impor aspal.
Aspal Buton bukan sekadar bahan jalan; ia adalah simbol kedaulatan. Jika kita mampu mandiri dalam aspal, kita membuktikan diri mampu mengelola sumber daya alam lainnya. Dari sinilah kedaulatan ekonomi sejati bermula.
Saya membayangkan jalan-jalan di seluruh Indonesia dibangun dari kekayaan sendiri. Setiap kilometer aspal yang kita bentangkan adalah lambang bangsa yang berdiri di atas kaki sendiri. Uang rakyat berputar di dalam negeri, menciptakan lapangan kerja dan industri baru. Itulah makna “Buton Emas 2030”.
Saya percaya, bila Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia Swasembada Aspal 2030, cita-cita Buton Emas akan tercapai. Dari situ, Indonesia Emas 2045 hanya tinggal selangkah lagi. Kita akan membuktikan bahwa ketergantungan impor aspal selama puluhan tahun bisa diakhiri.
Tantangan memang besar, tetapi sejarah selalu diubah oleh keputusan besar. Presiden Prabowo Subianto punya kesempatan emas untuk menjadi presiden pertama yang memutus mata rantai impor aspal. Keputusan itu akan dikenang selamanya, bukan hanya sebagai kebijakan, tetapi sebagai titik balik arah sejarah.
Mafia impor aspal tentu tidak akan diam. Mereka akan melawan dengan segala cara. Tetapi inilah ujian kepemimpinan sejati: pemimpin besar lahir dari keberanian menghadapi perlawanan demi kepentingan rakyat.
Saya akan terus menulis tentang aspal Buton, walau mungkin dianggap angin lalu. Saya percaya, ketika mimpi ini terwujud, tulisan-tulisan saya ini akan menjadi saksi sejarah. Perubahan besar selalu diawali oleh suara kecil yang konsisten.
Sama seperti R.A. Kartini menulis “Habis Gelap Terbitlah Terang”, saya pun menulis agar para generasi mendatang mengerti makna perjuangan ini. Bedanya, saya berbicara tentang kedaulatan sumber daya, harga diri bangsa, dan keyakinan bahwa kita mampu berdiri tanpa harus terus bergantung pada asing.
Sejarah akan mencatat, apakah di masa Presiden Prabowo Subianto Indonesia berani mengambil langkah besar ini? Dunia akan menilai apakah kita memilih jalan mudah atau jalan terhormat. Rakyat akan merasakan apakah janji kedaulatan hanya kata-kata atau benar-benar diwujudkan.
Aspal Buton adalah ujian sederhana bagi keseriusan kita. Kalau sumber daya sebesar ini saja terus diabaikan, bagaimana dengan yang lain? Kedaulatan tidak datang dengan slogan; ia lahir dari keputusan politik yang berani.
Pak Prabowo, rakyat menunggu. Buton menunggu. Sejarah menunggu tanda tangan Bapak pada keputusan yang bisa mengubah arah negeri ini, keputusan untuk mengakhiri ketergantungan impor aspal dan menghidupkan aspal Buton.
Hari ini, langkah itu ada di tangan kekuasaan Presiden Prabowo Subianto. Satu tanda tangan dapat menggerakkan roda industri, membuka ribuan lapangan kerja baru, dan mengembalikan harga diri bangsa. Saatnya Buton Bangkit, Indonesia Berdaulat. Saatnya Buton Emas 2030 menjadi kenyataan.

Pemerhati Aspal Buton
6 Pengikut

Rahasia Algoritma Rezeki Allah Sungguh Indah
1 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler